..:: Ibu Susuan Nabi Muhammad S.A.W ::..

                  ..:: Keistimewaan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W ::..
                                           

Siti Aminah ketika itu melihat baginda Muhammad dalam keadaan terbaring serta kedua tangannya mengangkat ke langit seperti halnya orang yang sedang memanjatkan doa.
Kemudian ibunya melihat awan yang turun dan menyelimuti dirinya kemudian beliau mendengarkan sebuah seruan “Pimpinlah dia untuk mengelilingi bumi bagian Timur dan Barat, agar mereka mengetahu bahwa dialah yang akan menghapuskan segala macam perkara syirik”.
Ada riwayat menyatakan bahwa baginda Muhammad diarak ke seluruh dunia untuk dipertunjukkan kesempurnaan kepada umum. Ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Sayyidah Maryam dan Asiah ikut serta dalam menyambut lahirnya baginda Muhammad.
Semua malaikat memandangi baginda yang tidak berkelipan mata, sehingga baginda yang masih kecil bersendawa kemudian berkata; “Alhamdulillah,” dan segenap para malaikat mengatakan “Yarhamuk ALLAH sambil tersenyum.
Seluruh alam semesta bertumpu mata kepada baginda Muhammad lantaran terpesona akan ketampanan dan cahaya yang sangat luar biasa daripada baginda Muhammad yang masih kecil. Setiap mata yang memandanginya merasa terkagum.
Ummu Aiman yang berada di tempat itu merasa sangat takjub kemudian jatuh cinta dan tidak semena-mena beliau untuk menyusukan baginda Muhammad. Ummu Aiman seolah-olah terasuk dengan kecintaan itu dan malah baginda Muhammad yang masih bayi mempersilahkan anak Ummu Aiman untuk menyusu di sebelahnya.
Setelah itu awan tersebut menghilang daripada pandangan Siti Aminah.
Sebagian riwayat mengatakan bahwa baginda Muhammad dilahirkan dalam keadaan menghadap ke arah langit sambil meletakkan kedua tangannya ke tanah sebagai tanda bahwa tingginya martabatnya dari seluruh makhluk.
Ada juga yang menyatakan bahwa baginda Muhammad lahir dalam keadaan mata yang bercelak dan sudah dikhitankan. Dikatakan juga bahwa ketika malam lahirnya baginda Muhammad, semua berhala yang ada di sekitarnya banyak mengalami kerusakan dan kehancuran.
Ummu Aiman pun memanggil datuknya yang bernama Abdul Mutallib yang sedang melaksanakan tawaf di Kaabah. Belum sampai tujuh putarannya, Abdul Mutallib pun kembali kemudian melihat anak tersebut yang diletakkan di bawah belanga.
Ini kerana mengikuti adatnya penduduk Arab, tidak ada seorangpun yang boleh melihat anak yang baru dilahirkan kecuali setelah dilihat oleh bapknya terlebih dahulu, sebagai orang pertama melihat kelibat tubuhnya. Oleh kerananya bayi tersebut ditutupi dahulu dari pandangan khalayak ramai.
Kerana bapak baginda Muhammad sudah wafat sebelum Ia lahir, maka kakeknya yang melihatnya terlebih dahulu. Belum sempat Abdul Mutallib mengangkat belanga tersebut, Cahaya yang kuat terpancara dari Baginda Muhammad yang masih kecil, meletuplah belanga tadi dikeranakan tidak mampu menanggung cahaya yang sangat hebat tersebut.
Maka alangkah terpesonanya Abdul Mutholib melihat cucunya yang begitu luar biasa sehingga terkagum, “Ini malaikat ataukah manusia“. Maka sayanglah datuknya kepada cucunya, kemudian di bawa ke BaituLLAH untuk menyempurnakan tawafnya yang terpotong tadi.
Menurut riwayat dari Abdul Muthalib, ketika saya sedang berada di Ka’bah tiba-tiba saat itu pula berhala-berhala jatuh dari tempatnya dan bersujud kepada Allah.
Kemudian saya mendengar suara yang berasal dari dinding Ka’bah seraya berkata, “telah lahir nabi pilihan Alloh yang akan membinasakan kaum kafir dan mensucikanku daripadanya berhala-berhala dan akan memerintahkan untuk menyembah kepada Yang Maha Mengetahui.
Selain dari pada itu di tempat lain juga mengalami goncangan yaitu tepatnya di mahligai Kisra yang menyebabkan mahligai tersebut roboh, begitu pula keempat belas tiang serinya runtuh. Keadaan seperti ini merupakan di antara tanda -tanda runtuhnya kerajaan tersebut.
Namun, api di negara Parsi yang tidak pernah padam hampir selama seribu tahun telah padam dengan sendirinya. Api tersebut merupakan api yang disembah oleh kaum Majusi yang dianggapnya sebagai tuhan. Peristiwa itu sangat mengejutkan masyarakat Parsi.
Dalam waktu yang sama, saat malam kelahirannya baginda, Tasik Sava yang dianggap tempat suci tenggelam ke dalam tanah seusai baginda lahir, tembakan-tembakan bintang menjadi sangat kerap sebagai tanda bahwa pengetahuan syaitan dan jin mengenai perkara-perkara ghaib sudah saatnya tamat.
Ibu Susuan Nabi Muhammad S.A.W  Halimah bin Abi-Dhua’ib


# untuk maklumat lanjut boleh klik pada gambar di atas

Berdasarkan peristiwa berikut jelaslah kelahiran baginda Muhammad memiliki keistimewaan tersendiri. Ini kerana baginda ialah khatamun nubuwwah atau sebagai penutup segala nabi. Perkara -perkara luar biasa semacam ini telah membuktikan kepada kita akan kemuliaan baginda di sisi Allah, sekali gus sebagai bukti kerasulannya.
Selain itu bukti -bukti tersebut juga dijelaskan di dalam kitab kitab terdahulu seperti kitab Taurat, Zabur dan Injil sebagai rasul yang terakhir.
Alam maya bertambah subur, bumi yang kering kontang mula dipenuhi dengan pepohonan dalam waktu satu malam. Pohon-pohon yang tidak berbuah serentak melanjutkan dahan-dahannya dan keluarlah buah-buahan dan pohon-pohon tersebut sehingga mudah untuk dipetik.
Apabila dengan tidak semena-mena berbuah dengan sangat lebat pada saat kelahiran Nabi Muhammad. Hewan ternakan yang kurus, tidak berdaging dan bersusu Semuanya berubah menjadi gemuk dan susunya keluar terus menerus tanpa putus.
Inilah alam maya yang terkesan dengan keberkatan Maulidur Rasul. Abu Lahab, bapa saudara Nabi membebaskan hamba perempuannya Thuwaibah untuk dijadikan ibu untuk menyusui Nabi Muhammad.
Sebab itulah setiap hari Isnen di dalam neraka Abu Lahab diringankan sedikit hukumannya karena disebabkan kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw dan diujung kuku ibu jari tangannya keluar sedikit susu yang menjadi habuannya.
Membebaskan Thuwaibah untuk menjadi ibu susu Nabi. Akhirnya datang juga wanita-wanita dari Keluarga Sa’ad yang akan menyusukan ke Mekah. Mereka memang sengaja mencari bayi yang akan mereka susukan.
Akan tetapi mereka menghindari anak-anak yang yatim, karena mereka mengharapkan upah yang lebih kerana kemiskinan mereka. Sedang dari anak-anak yatim sangat sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi baginda Muhammad.
Salah seorang dari mereka yaitu Halimah bin Abi-Dhua’ib, ternyata sama sekali tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Halimah dan suaminya datang dengan menaiki unta yang cukup kurus. Setelah mereka hendak meninggalkan Mekah, Halimah memutuskan diri untuk mengambil baginda Muhammad.
Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa mendapat berkah. Unta kurus yang dinaikinya tadi sihat dan gemuk serta merta. Halimah dan suami yang sudah ketinggalan dari rombongan Bani Sa’ad dengan pantasnya memotong barisan rombongan tersebut dengan tunggangan mereka yang sangat sehat, gemuk dan kuat tadi.
Sejak mengasuh Insan yang Mulia tersebut,  Ternak kambingnya yang berbadan kurus semuanya berubah menjadi gemuk dan susunyapun bertambah serta merta. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.
Selama dua tahun Muhammad tinggal di sahara kemudian disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima’ atau puterinya. Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya pertumbuhannya cepat menjadi besar dan menambah keindahan bentuk dan pertumbuhan badannya.

               ..:: HALIMATUS SA’DIYYAH – IBU SUSU MUHAMMAD SAW ::..
Menurut adat Arab, anak itu tidak disusukan oleh ibunya sendiri jika dia orang terpandang, tetapi dicarikan seorang tukang menyusu dari kampung Badwi. Kerana kehidupan anak-anak itu di dusun boleh menguatkan tubuhnya dan memperbaiki lidahnya (melatih bahasa ‘Arab), agar jangan kena ‘hawa’ kota. Menurut pendapat orang Arab, tukang susu atau tukang didik orang kota itu serupa dengan malam yang gelap gelita layaknya, menghabiskan pengharapan tentang hari kemudian anak-anak. Oleh itu, Abdul Muthalib pun mencari para wanita yang sesuai untuk menyusui Muhammad Rasulullah SAW.
Pada waktu itu, datanglah ke kota beberapa orang perempuan dari Badwi bani Sa’ad bin Bakr mencari anak-anak yang akan disusukan. Yang beruntung beroleh Muhammad ialah seorang perempuan bernama Halimah binti Abu Zu’aib bin al-Harits as-Sa’diyyah. Suaminya bernama al-Harits bin ‘Abdul-Uzza, yang diberi gelaran Abu Kabsyah, berasal dari kabilah yang sama. Maka diterimanyalah anak kecil itu dari ibunya, lalu terus digendungnya ke kampungnya di Badwi Bani Sa’ad bin Bakr. Empat tahun lamanya anak itu di dalam asuhan Halimah.
Antara saudara-saudara Rasulullah SAW dari satu susuan di sana adalah Abdullah bin al-Harits, Anisah binti al-Harits, Hudzafah atau Judzamah binti Al-Harits. Bapa saudara Baginda, Hamzah bin Abdul Muthalib juga disusui di Bani Sa’ad. Suatu hari ibu susuan Rasulullah SAW ini juga pernah menyusui Hamzah semasa beliau masih dalam susuannya. Jadi Hamzah adalah saudara sesusuan Rasulullah SAW dari dua pihak, yaitu dari Tsuwaibah dan dari Halimah as-Sa’diyyah.
Ahli sirah telah sebulat suara mengatakan bahawa kampung bani Sa’ad ketika itu mengalami kemarau yang teruk. Sesampai sahaja Rasulullah SAW ke rumah Halimatus Sa’diyyah dan menyusu darinya ketika itu juga keadaan pun berubah. Kampung yang dulunya kering tandus mulai menghijau, kambing ternakan yang dahulu kelaparan kini bila kembali dari ladang ternakan kelihatan riang dan uncang-uncang susunya penuh dengan susu.

No comments:

Post a Comment